Tulangbawang, BP
Kinerja Kejaksaan Negri (Kejari) Menggala patut diacungkan jempol karena menyikapi dengan cepat adanya pemberitaan di media massa terkait jembatan ambles di Kampung Panggung Mulyo, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulangbawang (Tuba) yang dibangun melalui program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) yang menjadi program unggulan pemerintah daerah setempat. Kinerja yang baik ini ditunjukan oleh pihak Kejari Menggala untuk melakukan penyelidikan apa yang sebenarnya terjadi dengan amblesnya jembatan tersebut, serta mengumpulkan data-data terkait.
Kepala Kejari Menggala, Zuandi mengatakan, pihaknya akan mempelajari terlebih dahulu permasalahan ini. “Kita akan melakukan pengumpulan data-data berkaitan dengan monitoring dan evaluasi kegiatan GSMK, apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan benar serta sesuai dengan aturan yang ada,” ujarnya.
Sikap tegas Kejari Menggala ini sejalan dengan sikap para anggota DPRD Tulangbawang, anggota Komisi C Tuba, Idris Hadi sebelumnya yang juga menyampaikan harapannya agar masalah ambruknya jembatan program GSMK itu dapat menjadi pekerjaan BPK dan Kejari untuk menyelidikinya.
Anggota DPRD Tuba lainnya, Hendriwansyah, berharap serupa. Menurutnya, apapun bentuk pelaksanaan program pemerintah, baik itu proyek, bila tidak sesuai aturan apalagi sampai ambles atau bermasalah harus ditindak sesuai dengan aturan yang ada. “Seperti yang sudah kita ketahui, jembatan yang dibangun melalui program GSMK di Kampung Pagung Mulyo, Kecamata Rawapitu, merupakan program unggulan Bupati Tulangbawang Hanan A Rozak, Membangun Dari Kampung.
Keadaan jembatannya sekarang sangat memprihatinkan, banyak sekali terjadi keretakan dan belahan di bangunannya, dan tiang pancang penahan jembatan tersebut pun juga ambles, mengakibatkan jembatan tersebut ambles di tengah.
Dengan kejadian amblesnya jembatan tersebut diduga merupakan kesalahan teknis perencanaan dan material-material bangunannya yang buruk, serta kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh tim teknis.
Salah satu masyarakat setempat, Yono mengatakan, jembatan ini baru saja dibangun akan tetapi keadaannya sudah seperti ini. "Jembatan Ini merupakan program GSMK Tuba tahun 2013, tetapi belum ada setahun sudah rubuh, mungkin yang mengerjakannya kurang profesional, dan pekerjaannya asal-asalan, dilihat dari cor – coran nya yang kurang semen akibatnya mudah sekali hancur," ungkapnya.
Untung saat kejadian ambruknya jembatan itu tidak ada orang yang melintas, jadi tidak ada korban jiwa, terjadi sudah lebih setengah bulan, dan kejadian siang hari. "Untung pada waktu kejadian gak nimpa orang yang mandi di sungai, soalnya saat kejadian banyak orang yang mandi," ujarnya.
Dalam masalah ini, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerbang Inspirasi Rakyat Lampung (GIR) Yendi Yusman mengatakan, jembatan di Panggung Mulya merupakan dampak dari kurangnya sistem pengawasan, dan minimnya pengetahuan.
Hasil investigasi LSM GIR LAMPUNG di lapangan, dari awal pembuatan jembatan sudah amburadul. Pasir yang digunakan sangat tidak layak untuk kontruksi pengecoran. Selain halus, struktur pasirnya seperti tanah, jadi tidak mengikat semen, warnanya pun merah seperti tanah dan prosentase semen kemungkinan tidak mengikuti rumusan adukan 1:2:3, dan ukuran besi terlalu kecil sehingga tidak ada kekuatan.
Selain itu, teknis pembuatan tiang, harus memperhatikan kultur tanah dan kondisi alam, sehingga dasar tiang bisa dibuat sedemikian rupa supaya tidak amblas. "Jangan udah ambruk dulu baru menyalahkan kondisi alam, masa kalah sama program-program serupa lainnya," tandasnya.
Menurut Yendi, jembatan ini ambles bukan karena faktor alam ataupun akibat bencana banjir, itu sangat tidak logis, karena jika penyebabnya banjir, kenapa jembatan lain yang berdekatan tidak ambruk juga. Dan jika konsultan teknis mengatakan karena kondisi tanahnya yang berbeda dari yang lain. "Apa gunanya konsultan pendamping yang dibayar sampai Rp1,1 M, kan gunanya konsultan itu untuk mempelajari kondisi tanah dan sebagai nya supaya hasil pembangunan tersebut berkualitas dan sesuai rencana, kalau begini hasilnya percuma, dana sebesar itu untuk membayar konsultan tekhnis, yang ilmunya pas-pasan dan tidak becus kerja," katanya.
Menurut Yendi, Bupati Tulangbawang Ir. Hanan A Rozak tidak memerlukan orang yang tidak bisa kerja sesuai tugas dan fungsinya. “Iya memerlukan orang yang berkualitas yang dapat mensukseskan program pekerjaan,” kata dia.
Terpisah, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan kampung (BPMPK) Khamamik Ria mengatakan, ini terjadi karena faktor alam. “Ketika kami menerima laporan jembatan tersebut ambles, maka kami langsung menindaklanjuti bersama dengan program manejemen pendamping yang menangani secara teknis turun kelapangan untuk meninjau jembatan tersebut, dan hasil laporan dari peninjauan asisten teknis (astek) kejadian tersebut karena faktor alam, karena pada bulan Januari terjadi banjir,” ujar Khamamik Ria.
Terkait masalah jembatan yang ambles, pihak pokmas desa akan bertanggungjawab secara moral dalam masalah ini. "Pokmas sudah buat surat pernyataan akan memperbaiki jembatan tersebut, dan apabila dalam penyelidikan ini pokmas terbukti korupsi dana GSMK tersebut maka tahun depan kampung tersebut tidak dapat bantuan lagi," tambahnya.
“Secara teknis saya tidak tahu apakah amblesnya jembatan ini karena pengecorannya yang kurang baik, akan tetapi astek ketika meninjau ke lapangan berdasarkan hasil peninjau itu karena faktor alam, cuma kalau kawan-kawan (wartawan, red) mengatakan begana-begini ya, silakan,” lanjutnya.
“Sedangkan kegiatan GSMK ini ada konsultan pendamping yang diswakelolakan oleh Unila berdasarkan MoU Pemda sebesar Rp 1,1 miliar, dan ini bukan konsultan biasa, kalau konsultan biasakan dari segi perencanaan saja, sedangkan konsultan pendamping ini dari perencanan, pengawasan dan evaluasi sampai selesai,” melanjutkan.
Sementara, Tri Widodo Asisten Teknis dari Unila yang mengawasi jembatan tersebut mengatakan, “Perencanaan jembatan di Rawapitu ada tiga akan tetapi jembatan yang ambles lebarnya dua meter dan panjang nya kira-kira 26 meter, sedangkan yang lain nya panjang nya lebih dari situ dan pembangunan dan pekerjanya itu sama dengan yang lain akan tetapi yang lain sampai sekarang masih aman,” ujarnya.
Ia menambahkan, kalau masalah coran nya tidak kuat pasti dia patah, akan tetapi ini kan ambles bukan patah, ini karena faktor alam karena disebabkan banjir yang mengakibatkan jembatan tersebut ambles kurang lebih 1,5 meter. ”Ketika akan melakukan pembangunan jembatan kebetulan pada musim kemarau, dan sebelum pengecoran tiang jembatan kami menjajaki berapa meter kedalaman lumpur tersebut sampai batas dasar lumpur. Kalau masalah adukan kurang semen dan pasir yang bercampur tanah saya tidak tahu, karena saya kurang memperhatikan pembangunan jembatan tersebut,” paparnya.
Dikatakannya pula, jika perencanaan dan pekerjannya sama dengan jembatan yang lain, akan tetapi kenapa hanya jembatan ini yang ambles. “Kalau emang material serta pekerjaan tekhnisnya yang salah pasti jembatannya patah, bukannya ambles seperti ini, yang pastinya struktur tanahnya tidak sama dengan tanah di jembatan-jembatan lain,” pungkasnya. (TW)