Lampung Utara, BP
Apotik di Rumah Sakit Umum (RSU) Ryacudu Kotabumi, Lampung Utara (Lampura) dikeluhkan warga. Pasalnya, pelayanan pengambilan obat di Apotik RSU setempat, tidak optimal. "Saya sangat kecewa dengan pelayanan di Apotik RSU Kotabumi, sebab untuk mengambil resep obat dari apotik milik RSU, saya harus menunggu hingga dua jam lamanya," ujar Tulki (57), warga Jalan Abung Raya Timur, Kelurahan Kotabumi Udik, kepada Bongkar Post.
Tulki mengaku, pada saat itu dirinya periksa ke dokter spesialis di RSU Ryacudu. Kemudian setelah diperiksa ia mendapat resep dan bermaksud untuk menebus resep yang ditujukan ke apotik RSU setempat. "Sekitar pukul 12.00 WIB apotik sudah dalam keadaan tertutup. Karena jam segitu saya pikir jam istirahat, maka saya dan ada beberapa orang lainnya juga ikut menunggu untuk mengambil obat bagi keluarga mereka yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Hingga selama dua jam kami menunggu baru apotik dibuka. Kalau seperti itu terus menerus pelayanannya, bagaimana dengan para pasien yang sudah sekarat dan segera membutuhkan obat, apa tidak keburu mati duluan itu pasien," tukas Tulki.
Menurut Tulki, pelayanan pengambilan obat di Apotik RSU, Ryacudu harus 24 jam penuh. Minimal, bila apotik tersebut tutup paling lambat itu hanya 1/2 jam dan jam piket penunggu apotik tersebut harus benar-benar terakomodir dengan baik. "Bila tempat pengambilan obatnya ditutup hingga dua jam lamanya, itu kan sudah tidak wajar, dan berarti jadwal piket jaga itu tidak berjalan baik. Bagaimana pelayanan terhadap masyarakat dan pasien yang seandainya membutuhkan obat dengan segera," tandasnya.
Sementara Firial (60), warga lainnya yang juga hendak menebus resep obat di apotik RSU dengan Jaminan Askes Pensiunan, dirinya mengaku kerap kali merasa kecewa. Pasalnya, obat yang akan ia tebus seringkali tidak dapat ditebusnya dengan alasan persediaan obat yang masuk dalam anggaran askes itu sudah habis terpakai. "Kadang kalau saya akan nebus obat di apotik yang bekerja sama dengan askes, kadang dapat, kadang tidak. Seperti beberapa bulan yang lalu saat saya akan menebus resep obat mata, tidak ada obatnya, dan terpaksa saya harus membeli diluar dengan membayar," bebernya.
Dia barharap kepada pemerintah daerah Lampura, melalui dinas instansi terkait, agar dapat mengecek pelayanan dan persediaan obat-obatan yang telah dianggarkan, baik itu melalui BPJS dan Askes di apotik RSU Ryacudu tersebut. "Bila perlu ditegur agar pelayanan dapat lebih optimal. Sebab, bila kejadian seperti ini dibiarkan begitu saja maka dikawatirkan akan berimbas kepada masyarakat dan pasien rumah sakit karena keterlambatan dan keterbatasan dalam penyediaan obat-obatan yang sangat merugikan masyarakat. Saya sangat berharap pemerintah dapat mengecek pelayanan dan persediaan obat-obatan di apotik rumah sakit tersebut, yang sulit didapat," kata dia menuturkan. (sol/nal)