Lampung Utara, BP
Sebanyak 29 kios di Pasar Desa Candimas, Kecamatan Abung
Selatan, Kabupaten Lampung Utara (Lampura) ludes terbakar, Rabu (25/6) sekitar pukul 10.30 WIB. Diduga, api berasal dari korsleting lsitrik salah satu kios.
Menurut Sustanto (38) penjaga malam pasar tersebut, peristiwa bermula ketika dirinya sedang berada di rumah warga yang letaknya di belakang pasar. Kemudian, dari samar-samar kegelapan, ia melihat cahaya terang berwarna kemerahan.
Melihat hal tersebut, ia pun curiga dan benar saja ketika di dekatinya, cahaya itu merupakan kobaran api yang muncul dari warung soto. "Saya kaget ketia api sudah besar dan muncul dari warung Bu Nar, yang sehari - hari menjual soto," ujarnya.
Kemudian, ia berteriak meminta tolong kepada warga untuk memadamkan api. Namun, dalam hitungan detik, api pun membesar dan menyambar ke kios yang lainnya. Menurutnya, api cepat menyambar dikarenakan, kios di sekitar warung Bu Nar terbuat dari papan. Dan barang dagangan pun, mudah terbakar seperti sembako, pecah belah, plastik, dan pakaian. Warga pun langsung menghubungi pemadam kebakaran.
Tak berselang sekitar 30 menit, tiga mobil pemadam dan 14 petugas pemadam dikerahkan untuk mematikan api. "Seluruh kios yang terbakar diperkirakan sekitar 20 an,"ujarnya seraya menjelaskan penyebab kebakaran pun belum bisa dipastikan darimana.
Sementara kebakaran berlangsung, aksi menyelamatkan barang dagangan pun terjadi semalam. Pedagang yang berada di pasar tersebut berlarian menuju kiosnya untuk mengambil barang dan dibawa keluar barang dagangannya.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampura Edi Purnomo mengatakan, pihaknya memadamkan api sekitar 90 menit setelah api berkobar. Untuk memadamkan, BPBD langsung menurunkan tiga armada. Dalam proses pemadaman itu, diakuinya sedikit kendala. Pasalnya, saat akan masuk ke lokasi, banyak masyarakat yang menonton, sehingga menyulitkan kendaraan yang mau masuk. Namun, dengan waktu sekitar satu setengah jam, petugas Damkar mampu menjinakan api."Kita awalnya padamkan di bagian pinggir dahulu, tempat api muncul, baru di ruko bagian tengah pasar tersebut," ujar Edy.
Sementara, Kepala Desa Candimas, Nurahman mengaku pihaknya sudah mendata korban kebakaran. Dimana, jumlah kios yang terbakar sebanyak 29 kios, yang terdiri dari kios pakaian, sembako, pecah belah, kelontongan.
Kios tersebut, dimiliki oleh 22 orang, dimana seorang pedagang ada yang memiliki kios sebanyak 2 - 4 kios. Namun, dari 29 kios yang berisi barang dagangan berjumlah 24 kios, sedangkan 4 kios lainnya dalam keadaan kosong.
Saat ini, pihaknya sudah melaporkan ke Pemkab Lampura yang ditujukan kepada Bupati. Kemudian, sebagian warga melakukan gotong-royong untuk bersih-bersih. "Kita juga dapat bantuan tenaga dari TNI Kodim 0412 dan Polres Lampura bersih - bersih bekas kebakaran," bebernya seraya mengatakan untuk korban pemilik kios, masih banyak belum ke lokasi karena masih shock atas peristiwa itu.
Ia menerangkan, untuk kerugian ditaksir mencapai Rp 567 juta, terdiri dari barang dagangan maupun kios yang terbakar. Rinciannya, untuk kios diperkirakan sekitar Rp150 juta, dan barang dagangan ditaksir mencapai Rp422 juta. "Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tadi malam," tukasnya.
Kerugian materi cukup besar, hal ini dikarenakan sebagian pedagang yang terkena musibah, sebagian mengisi barang dagangan yang baru untuk persiapan menjelang puasa dan lebaran. "Iya mereka baru saja ngisi barang dagangan, seperti penjual pakaian, sembako, untuk jualan menghadapi puasa," bebernya.
Sementara, Bripka Suroto, selaku anggota identifikasi, menuturkan dugaan sementara penyebab kebakaran berasal dari korsleting listrik. Dimana, api muncul dari warung bagian belakang pasar, yakni sebuah warung soto. Untuk barang bukti yang diamankan, terusnya berupa kabel listrik yang bekas terbakar. "Kita masih menyelidiki penyebab kebakaran. Tapi untuk sementara diduga karena korsleting listrik," jelasnya.
Pantauan di lokasi, paska kebakaran, sejumlah pedagang tetap melakukan transaksi jual beli pada beberapa kios yang tidak terbakar. Meski sempat para pedagang dan pembeli melakukan tarnsaski jual beli dikarnakan material berserakan, namun hal tersebut tidak menghalangi warga untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. (Sol)
Sabtu, 28 Juni 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)